sifat alami unggas

PEMBAHASAN
RESPON CAHAYA
            Manajement pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen usaha peternakan unggas. Karena cahaya akan mempengaruhi tingkah laku, kecepatan metabolik, aktivitas fisik dan faktor fisiologis seperti sistem reproduksinya. Cahaya diterima melalui mata maupun ekstra retinal reseptor yang ada didalam otak. Intensitas dan gelombang cahya tersebut akan mempengaruhi dan dapat memodifikasi tingkah laku pada unggas tersebut. Dimana cahaya yang membawa gelombang elektromagnetik masuk atau diterima oleh retina akan menggertak saraf-saraf sensorik yang berada di ujung retina untuk ditruskan ke hipotalamus.
Nasib cahaya pada ayam petelur akan menstimulasi hipotalamus yang kemudian diteruskan ke kelenjar-kelenjar tubuh, seperti hipofisa, tiroid dan paratiroid untuk mensekresikan (menghasilkan) hormon. Kelenjar hipofisa akan mensekresikan folicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Hormon FSH berfungsi mematangkan folikel/sel telur pada indung telur (ovarium), sedangkan hormon LH berfungsi menggertak proses ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium ke oviduk/saluran telur). Kedua hormon inilah yang sangat berperan penting bagi pembentukan sebutir telur. Selain kelenjar hipofisa dan tiroid, kelenjar paratiroid juga terstimulasi oleh adanya cahaya untuk mensekresikan hormon paratiroksin yang berperan mengatur kadar kalsium (Ca) dan fosfor (P) dalam darah yang sangat penting dalam proses pembentukan telur.
            Respon cahaya bagi ayam pedaging juga akan menstimulasi kelenjar tiroid mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi mengatur kecepatan metabolisme tubuh sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan.
            Pencahayaan pada unggas biasanya berkisar pada 5-20 lux. Untuk cahaya gelap berkisar 10-20 lux dan cahaya gelap berkisar antara 1-3 lux.
Panjang gelombang untuk cahaya merah sebesar 700 nM, panjang gelombang pada warna orange adalah 600 nM, kuning sebesar 580 nM dan hijau sebesar 520 nM. Sehingga pengaruh warna cahaya merah maupun orange ataupun kuning yang memiliki panjang gelombang yang relatif panjang akan menyebabkan konsumsi pakan meningkat dan lebih aktif. Pengaruh cahaya biru maupun hijau akan menyebabkan aktivitas ayam menurun sehigga makanan yang dikonsumsi tidak dipecah menjadi energi namun akan disimpan menjadi daging dan perlemakan.
Lama dan intensitas pencahayaan
Pada ayam petelur, lama pencahayaan dan intensitas cahaya sangat dipengaruhi oleh periode atau umur ayam.
·         Masa starter (0-6 minggu): ayam diberikan pencahayaan dengan intensitas paling tinggi (20-40 lux) dan waktu paling lama, khususnya saat brooding (21-24 jam). Tujuannya untuk mempermudah ayam mengenali tempat ransum dan air minum sehingga merangsang aktivitas makan serta memacu pertumbuhan.
·         Masa grower (7-18 minggu): cahaya diberikan dalam waktu paling singkat (12 jam atau hanya dari cahaya matahari) dengan intensitas terendah (5-10 lux). Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol perkembangan saluran reproduksi dan pencapaian berat badan yang optimal saat mulai berproduksi. Jika pada masa ini ayam diberi cahaya berlebihan, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, ayam akan bertelur dini. Kedua, berat badan ayam akan melebihi standar sehingga akan memperbesar kemungkinan kasus prolapsus.
·         Masa layer (> 18-80 minggu): cahaya diberikan maksimal 16 jam dengan intensitas 10-20 lux. Jika cahaya dikurangi maka produksi elur juga akan menurun begitupun sebaliknya.
MOLTING
Fase moulting adalah fase rontok bulu dari seekor unggas yang diikuti dengan fase berhenti bertelur selama 3–4 bulan. proses molting  terjadi pada bulu-bulu primer dari tubuhnya apabila telah berproduksi cukup lama. Proses moulting berurutan dari kepala, leher, dada, punggung, bulu kapas(pluff), abdomen, sayap dan ekor.
Selama ini dilakukan cara-cara konvensional dalam mengatasi fase moulting, yaitu dengan cara pemuasaan dan pembatasan pakan selama 30–60 hari. Moulting disebabkan oleh tingginya kadar hormon prolaktin dalam darah. Prolaktin merupakan hormon protein. Pemberian antiprolaktin dapat bekerja secara spesifik terhadap prolaktin dengan cara menetralisasi kerja prolaktin dalam darah, sehingga proses moulting dapat dihambat dan ayam dapat berproduksi telur kembali. bahwa proses moulting pada ayam di bawah pengaruh sistem hormonal. Hormon gonadotropin seperti FSH dan LH diperlukan untuk  perkembangan folikel dan oviposisi telur ayam. Rendahnya kadar FSH dan LH menyebabkan tidak terbentuknya pertumbuhan folikel dan pada akhirnya ayam tidak berproduksi telur.
Berdasarkan terjadinya rontok bulu maka dapat dibedakan antara ayam yang mengalami rontok bulu awal (early molting) atau rontok bulu akhir (lately molting).
Early molting: Ayam yang mengalami rontok bulu awal akan kehilangan satu buah bulu primer setiap dua minggu, dan setiap terjadi bulu rontok ayam akan berhenti bertelur. Oleh karena itu akan dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk memperbaiki semua bulu primer yang rontok tersebut, baru mulai berproduksi kembali.
Lately molting : Ayam yang tergolong sebagai ayam yang mengalami rontok bulu akhir akan melepaskan bulu primernya dua atau tiga bulan sebelum bulu-bulu tumbuh seluruhnya.
 Faktor yang mempengaruhi lama molting antaralain ; bobot badan dan kondisi fisik, lama pencahayaan, status gizi, suhu dan kelembaban.
Rontok bulu berfungsi sebagai peremajaan untuk memperbaiki kualitas dan produksi telur. Selama rontok bulu berlangsung (dalam waktu 4 bulan tersebut, rontok bulu bisa dipercepat prosesnya dengan menerapkan metode rontok bulu paksa atau force molting, yang hanya membutuhkan waktu 1 bulan saja. Proses force molting biasanya dilakukan pada saat ayam sudah 9-10 bulan berproduksi. Force molting bisa dilakukan dengan beberapa metode, misalnya pemuasaan (ayam tidak makan) selama 5 hari pertama, puasa minum hari ke-6, dan mulai diberikan pakan 50 % dari kebutuhan dan minum secara adlibitum dari hari ke-7–30. Proses molting pada ayam dipengaruhi oleh kelenjar tiroid yang mengakibatkan estrogen menjadi rendah akibat efek negatif kelenjar tiroid pada hormon FSH yang berperan dalam mensekresikan estradiol/ estrogen. Sistem Imun
Di dalam tubuh ayam, terdapat dua organ limfa, yaitu bursa fabricius dan timus, masing-masing bertanggung jawab terhadap dua sistem kekebalan tubuh. Berikut sistem kekebalan pada ayam.
  1. T-system (Thymus system).
Pada ayam muda, organ timus ini memroduksi limfosit yang lebih dikenal dengan sebutan limfosit T (T-lymphocytes) atau T-cells. Sel-sel ini secara umum bertanggung jawab sebagai sel mediasi (cell-mediated) terhadap reaksi kekebalan dan untuk mengatur reaksi sistem kekebalan. Pada saat ayam dewasa, T-cells berkembang dan terkumpul pada beberapa organ limfoid, seperti ginjal, tonsil usus buntu (cecal tonsil), dan kelenjar Harderian. Beberapa minggu setelah ayam menetas, T-lymphocytes tidak menghasilkan antibodi, tetapi berkembang menjadi lymphokines atau sering juga disebut dengan sel defektor (defector cells). Sel defektor berguna untuk menghancurkan sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh ayam dengan cara kontak langsung tanpa menghasilkan antibodi. Sistem kekebalan ini disebut dengan Cell-mediated Immunity atau Cellular Immunity.
  1. B-system (Bursal system).
Selain T-cell, pada ayam muda terdapat juga lymphocytes (B-cell) yang diproduksi oleh organ bursa fabricius, yaitu kelenjar kecil yang terletak di dekat kloaka. Sistem kekebalan tubuh ini dikenal dengan istilah B-system yang bertanggung jawab untuk memproduksi antibodi pada ayam muda. Pada kenyataannya, B-system ini menghasilkan 700 kali lebih banyak antibodi dibandingkan dengan T-system pada ayam muda yang baru berumur sekitar satu minggu. Antibodi yang dihasilkan oleh bursa fabricius kemudian masuk ke dalam sistem jaringan darah dan berguna untuk pertahanan tubuh ayam dari infeksi penyakit.
Secara alami, ayam yang baru menetas (DOC) mempunyai kekebalan induk (maternal antibody) yang diperoleh dari induknya langsung. Kekebalan ini disebut juga parental immunity atau kekebalan pasif (passive immunity). Kekebalan induk ini diperoleh akibat adanya reaksi antibodi terhadap penyakit atau vaksin yang masuk ke dalam tubuh induk. Kekebalan dari induk tersebut berguna untuk melindungi ayam yang baru menetas dari berbagai macam infeksi penyakit.
Thermoregulatory
Ayam kurang toleran terhadap perubahan suhu lingkungan, sehingga lebih sulit melakukan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan, terutama setelah ayam tersebut berumur lebih dari tiga minggu. suhu lingkungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme, aktivitas hormonal dan kontrol suhu tubuh. pada suhu lingkungan yang lebih - tinggi, ayam berusaha menjaga suhu tubuhnya dengan cara menyeimbangkan produksi panas dengan hilangnya panas, menggunakan bantuan alat-alat fisik dan mengubah-ubah sifat insulatif bulu. suhu lingkungan tinggi merupakan salah satu faktor penghambat produksi ayam, karena secara langsung hal ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan sehingga terjadi defisiensi zat-zat makanan. suhu lingkungan tinggi  juga dapat menurunkan produksi telur.  
Ayam petelur memiliki temperatur optimum untuk produksi adalah 18-21 0C. Jika temperatur lingkungan lebih dari 24 0C dalam periode yang cukup lama selama musim kemarau, maka ayam petelur akan menyebabkan produksi dan berat telur serta kualitas kerabang akan menurun sehingga pada gilirannya akan meningkatkan konversi pakan yang merugikan secara ekonomis bagi peternak. Hal ini sebagai akibat menurunnya nafsu makan ayam, sehingga zat-zat gizi yang diperlukan tubuh berkurang.
Perubahan behavior pada ayam yang diamati selama stres panas antara lain : hiperventilasi (panting), yaitu meningkatnya kecepatan respirasi sampai lebih dari 20 kali per menit. Aktivitas tubuh berkurang, sedikit sedikit makan, banyak minum untuk menurunkan suhu tubuh. Penurunan konsumsi pakan membuat asupan nutrisi pakan juga berkurang sehingga imbasnya pada penurunan kualitas performance produksi.
Gambar proses thermoregulatory
Sifat Mengeram
Sifat mengeram merupakan sifat yang menurun dan tinggi rendahnya sifat mengeram tergantung pada faktor genetik seperti bangsa atau strain ayam. sifat mengeram dipengaruhi oleh gen utama terpaut kelamin (mayor gene sex-linked) . Dinyatakan pula bahwa lokasi gen mayor sifat mengeram ini terletak pada kromosom Z, selain itu sifat mengeram ini tidak hanya dipengaruhi oleh gen terpaut kelamin saja akan tetapi dipengaruhi pula oleh adanya aksi gen autosornal yang dapat dikenal dengan simbol (AA). Mekanisme terjadinya mengeram diawali dari hasil akhir aktivitas hormon endokrin yang merupakan mediator untuk sekresi VIP (Vasoaclive Intestinal Polypeptide) yang merupakan 28 asam amino neuropeptide. VIP tersebut dihasilkan dari bagian utarna hypothalamus yang mengaktifkan pengeluaran prolaktin dari bagian pituitary. Prolaktin mempertahankan kebiasaan mengeram (broody behavior) dengan adanya aksi gen reseptor prolaktin yaitu sex-lingkage yang terletak pada kromosom Z.
Sistem pendengaran
ayam mempunyai pendengaran yang paling sensitif. Meskipun pendengaran ayam pada umumnya terbatas hingga 10 Khz, tetapi beberapa jenis ayam dapat mendengar suara infrasonik. Embrio ayam pada umumnya mulai mendengar pada hari 12 inkubasi.
Selama beberapa hari pertama setelah menetas, anak ayam cenderung makan sangat sedikit karena masih belum mengenal daerah dan belajar apa yang aman untuk makan dan apa yang tidak. Ketika anak ayam yang dibesarkan dengan induknya, induk ayam membantu anak-anak ayam mengidentifikasi makanan dengan membuat suara tertentu yang dikenal sebagai petunjuk pendengaran.
Unggas memiliki telinga luar, telinga tengah, dan telinga bagian dalam. Telinga luar mengumpulkan gelombang dan saluran mereka suara ke telinga tengah. Telinga tengah dipisahkan dari telinga luar oleh membran sering disebut sebagai gendang telinga. Gelombang suara membuat bergetar gendang telinga. Getaran ini kemudian dijemput oleh telinga tengah dan ditransfer ke telinga bagian dalam. Alih-alih tiga tulang telinga tengah mamalia, telinga tengah burung memiliki struktur tunggal tulang dan tulang rawan yang dikenal sebagai Columella tersebut. Ini adalah Columella yang transfer getaran ke telinga bagian dalam. Telinga bagian bertanggung jawab untuk analisis awal getaran. Columella mentransmisikan getaran ke koklea di telinga dalam, di mana ujung saraf khusus menerimanya dan mengirimkan informasi ke saraf pendengaran. Saraf pendengaran mengirimkan informasi ke bagian otak yang mengakui informasi sebagai suara.
Telinga bagian dalam juga penting dalam menjaga keseimbangan, fungsi yang sangat penting bagi burung yang terbang. Selain itu, saluran khusus menghubungkan telinga tengah dengan langit-langit mulut, mengatur tekanan udara di telinga tengah untuk mencegah cedera pada gendang telinga.

DAFTAR PUSTAKA
Flanders, FB 2011. Menjelajahi Ilmu Hewan. Belajar Cengage.
Henry,R dan Graeme,R.1995.The World Poultry Industry.Wangshinton: IFC.
Lambio, AL 2010. Produksi Unggas di Daerah Tropis. The University of Philiphines-Pers.
Squire, MS 2011. Unggas Sains, Kebudayaan ayam. Diproduksi di Amerika Serikat.
Suprijatna,E.Dr.,Umiyati,A.Pror,Dr. Dan Ruhyat,K.,Prof.Dr.2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas.Jakarta:Penebar Swadaya.
Williamson,G-J.W.A,Payne.1993.Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.Yogyakarta: Gajah Mada University-Press.

SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar