STATUS
FISIOLOGI PADA KAMBING DIDATARAN RENDAH
TUGAS TERSTRUKTUR
Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah
Anatomi Fisiologi
Pembina :
Prof.Dr.Sc.agr.Ir.Suyadi,Ms
Disusun oleh :
Kelompok 6
1.
Siti Sunami 135050101111140
2.
Rizka Junian P. 135050101111141
3.
Rosita Dwi A. 135050101111145
4.
Sonia Natalia M. 135050101111190
5.
Ikke Nawang I. 135050101111163
6.
Dobby Rathur G. 135050101111170
7.
Khurriyatun Ni’mah 135050101111171
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS PETERNAKAN
MARET 2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas anugerah dan
karinia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas anatomi fisiologi
ternak yang berjudul “Status fisiologi pada kambing di dataran rendah” dengan
baik.
Tugas
terstruktur anatomi fisiologi ini disusun oleh kami sebagai syarat dalam
menyelesaikan tugas anatomi fisiologi di Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya.
Kami berharap Tugas terstruktur yang
kami tulis ini semoga dapat menjadi salah satu sumbangan ilmu pengetahuan bagi
pembaca. Dengan adanya tugas ini mahasiswa dapat memahami apa saja faktor
faktor yang dapat mempengaruhi status fisiologi pada kambing.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan
dan penyusunan laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
saran dan kritik sangat kami harapkan dari pembaca sekalian dalam perbaikan
karyatulis kami selanjutnya. Penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Malang,
10 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul....................................................................................................... i
Daftar
isi................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... iii
1.1
Tinjaun
Pustaka................................................................................. 1
1.2
Tempat
Penelitian.............................................................................. 1
1.3
Tujuan................................................................................................ 1
1.4
Materi dan
Metode............................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................... 3
BAB III PENUTUP................................................................................................
3.1
Kesimpulan..........................................................................................
5
Daftar Pustaka......................................................................................................... 6
Daftar Tabel
............................................................................................................
Tabel
1...................................................................................................................... 3
Tabel
2...................................................................................................................... 3
Tabel
3...................................................................................................................... 4
Daftar gambar........................................................................................................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata kerja dari berbagai sistem
dan peran dari fungsi tubuh keseluruhannya. Ilmu fisiologi ternak secara khusus
mempelajari fisiologi dari berbagai ternak yaitu sapi, ayam, kambing, domba,
kelinci, dan jenis burung melalui percobaan status faali, thermoregulasi, saccus pneumaticus,sel darah merah,
sistem digesti, pembekuan darah, kadar haemoglobin dalam darah, tekanan darah,
dan waktu pendarahan pada manusia.
Status
fisiologi yang meliputi respirasi, pulsus, dan temperatur rektal merupakan
suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan kesehatan
suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung. Kondisi status
faali ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan adaptasi ternak terhadap
lingkunganya. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya,
apabila lingkungan dengan suhu dan kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan
stress (cekaman) karena sistem pengaturan panas tubuh dengan lingkungannya
menjadi tidak seimbang. Kisaran normal respirasi pada Kambing 26-54 permenit.
Kisaran denyut jantung normal untuk Kambing 70-135 kali permenit.
Temperatur kambing berkisar antara 37,5 °C sampai 39°C dan nilai HTC ±2.
1.2 Tempat
Penelitian
Penelitian atau observasi dilakukan
di dataran rendah tempatnya desa ngijo-karanglo- singosari. Dengan suhu 22°C serta kelembaban 93%.
1.3 Tujuan
Percobaan status fisiologi bertujuan
untuk mengetahui data-data fisiologi yaitu tempertur rektal, pulsus, dan
frekuensi respirasi pada kambing didataran rendah. Percobaan tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak.
1.4 Materi
dan Metode
Materi
Alat.
Alat yang digunakan dalam praktikum status faali ini adalah termometer rektal,
termometer ruang, stopwach, dan kamera
Bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum status faali ini adalah kambing betina
dara, kambing betina dewasa, dan kambing jantan dewasa.
Metode
Respirasi
Pengambilan data fisiologis berupa
respirasi dilakukan dengan mendekatkan punggung tangan pada hidung ternak
sehingga terasa hembusan nafasnya atau amati kembang kempis perut kambing.
Perlakuan tersebut dilakukan selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali,
kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan.
Pulsus
Pengukuran pulsus pada kambing
didekatkan tangan pada kambing. Perlakuan tersebut dilakukan selama satu menit
dan diulangi sebanyak tiga kali, kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan.
Temperatur rektal
Pengukuran temperatur rektal pada
kambing dilakukan dengan cara memasukan termometer rektal kedalam rektum hingga
sepertiga bagianya. Perlakuan tersebut dilakukan selama satu menit diulangi
sebanyak tiga kali, kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan.
BAB II
Hasil
dan Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan
dan berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Respirasi : Table 1
Jenis
kambing
|
Waktu
(WIB)
|
Suhu
Ruang
|
Percobaan
|
Rataan
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
Kambing
betina dara
|
11.35
|
28°C
|
37
|
40
|
39
|
38,7
|
Kambing
betina dara
|
11.40
|
28°C
|
29
|
37
|
40
|
35,3
|
Kambing
betina dewasa
|
12.05
|
33°C
|
29
|
36
|
36
|
33,7
|
Kambing
betina dewasa
|
12.33
|
33°C
|
27
|
39
|
27
|
31
|
Kambing
betina dewasa
|
12.10
|
29°C
|
21
|
40
|
28
|
29,7
|
Kambing
jantan dewasa
|
11.45
|
29,5°C
|
62
|
45
|
36
|
47,7
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.15
|
29,5°C
|
53
|
50
|
32
|
45
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.18
|
30°C
|
25
|
21
|
39
|
28,3
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.22
|
30°C
|
19
|
27
|
36
|
27,3
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.25
|
28°C
|
39
|
47
|
25
|
37
|
Pulsus
: Tabel 2
Jenis
kambing
|
Waktu
(WIB)
|
Suhu
Ruang
|
Percobaan
|
Rataan
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
Kambing
betina dara
|
11.35
|
28°C
|
58
|
60
|
79
|
65,7
|
Kambing
betina dara
|
11.40
|
28°C
|
60
|
88
|
95
|
81
|
Kambing
betina dewasa
|
12.05
|
33°C
|
44
|
55
|
80
|
59,7
|
Kambing
betina dewasa
|
12.33
|
33°C
|
55
|
75
|
95
|
75
|
Kambing
betina dewasa
|
12.10
|
29°C
|
67
|
80
|
99
|
82
|
Kambing
jantan dewasa
|
11.45
|
29,5°C
|
64
|
68
|
90
|
74
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.15
|
29,5°C
|
60
|
79
|
85
|
74,7
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.18
|
30°C
|
69
|
73
|
97
|
79,7
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.22
|
30°C
|
73
|
90
|
96
|
86,3
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.25
|
28°C
|
89
|
94
|
64
|
82,3
|
Temperatur
Rektal : tabel 3
Jenis
kambing
|
Waktu
(WIB)
|
Suhu
Ruang
|
Percobaan
|
Rataan
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
Kambing
betina dara
|
11.35
|
28°C
|
37°C
|
37,1°C
|
38°C
|
37,36°C
|
Kambing
betina dara
|
11.40
|
28°C
|
38°C
|
37,7°C
|
39°C
|
38,23°C
|
Kambing
betina dewasa
|
12.05
|
33°C
|
37°C
|
38°C
|
37,7°C
|
37,5°C
|
Kambing
betina dewasa
|
12.33
|
33°C
|
37,3°C
|
37,7°C
|
39°C
|
38°C
|
Kambing
betina dewasa
|
12.10
|
29°C
|
38°C
|
38,5°C
|
37,7°C
|
38,06°C
|
Kambing
jantan dewasa
|
11.45
|
29,5°C
|
37,8°C
|
38,3°C
|
39°C
|
38,36°C
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.15
|
29,5°C
|
37,7°C
|
38°C
|
39,5°C
|
38,4°C
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.18
|
30°C
|
37,5°C
|
37,9°C
|
38,9°C
|
38,1°C
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.22
|
30°C
|
37,2°C
|
37,5°C
|
37,7°C
|
37,46°C
|
Kambing
jantan dewasa
|
12.25
|
28°C
|
37,2°C
|
38°C
|
37,5°C
|
37,56°C
|
Berdasarkan
pengukuran , frekuensi respirasai, detak jantung dan suhu rektal pada Kambing
betina dara dan Kambing betina dewasa serta kambing jantan dewasa rata rata
frekuensi pernapasan berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan umur/usia, jenis
kelamin maupun genetik. Dan pengaruh faktor eksternal yaitu suhu dan kelembapan
suatu daerah yang ditempati kambing tersebut. Kita dapat melihat jika frekuensi
perapasan, detak jantung (pulsus) serta pada kambing kurang atau lebih dari
kisaran normal maka kambing tersebut bisa dikatakan stress maupun terganggu
terhadap perilaku prakekan saat mengambil data sehingga menimbulkan
kegelisahan.
Dalam pengambilan data mengenai frekuensi pernapasan,
pulsus, maupun suhu rektal bertujuan untuk menghitung HTC (heat tolerance
coefficient) yang rumusnya yaitu rataan suhu rektal perharinya dibagi 38,3
ditambah rataan pernafasan perhari dibagi 23 (). Dari data yang telah
kami dapat HTC pada kambing betina dara antara lain 2,65 dan 2,28. Pada kambing
betina dewasa yaitu (2,43),(2,43) dan (2,28) serta pada kambing jantan yaitu
(3,07),(2,9),(2,22),(2,15) dan (2,58). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
pada kambing betina dara berada dalam kisaran normal dan tercekam panas. Pada
kambing betina dewasa dapat dikatakan berada dalam kisaran norma. Sedangkan
pada kambinag jantan dewasa dapat dikatakan berada dalam kisaran normal hal
dikatakan kambing ini dapat dikatakan kambing tersebut tercekam panas.
Jika
HTC lebih ataupun kurang maka kambing tersebut berada dalam keadaan tidak
nyaman ataupun stress. Sedangkan nilai HTC yang ideal yaitu 2 dimana HTC
tersebut berguna untuk mengetahui daya adaptasi pada hewan ternak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas
dapat kami simpulkan bahwa kambing yang berada di dataran rendah tepaatnya di
desa ngijo-karangploso-singosari mempunyai HTC yang berbeda-beda, antara lain
kambing betina dara antara lain 2,65 dan 2,28. Pada kambing betina dewasa yaitu
(2,43), (2,43)dan (2,28) serta pada kambing jantan yaitu (3,07),
(2,9),(2,22),(2,15) dan (2,58). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
usia, jenis kepun dari lingkungan itu sendirilamin mau. Dimana setiap individu
memiliki frekuensi pernapasan, detak jantung(pulsus) serta suhu rectal yang
berbeda beda pula.
Gharlem, S., N. Khebichat, k.
Nekkaz.2012. The Physiology of Animal
Respiration : Study of Domestic Animal. Article ID 737271, 8 pages.doi:
11.1133per2012per7372721.
Irawan,A.,Hary,N dan Woro,B.2013.nilai htc (heat tolerance coefficient) pada
sapi peranakan limousin (limpo)
betina dara sebelum dan sesudah diberi konsentrat di daerah dataran rendah.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Smith, J.B. 1998. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Indonesia.
Jakarta.
Widada,A.S.,Woro,B dan Hary,N.2013. pengaruh ketinggian tempat terhadap nilai
htc (heat tolerance coefficient)pada sapi peranakan limousin (limpo) betina dara sebelum dan
sesudah diberikonsentrat.Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Wibowo, T.Y.2008. rata-rata htc (heat tolerance coefficient) dan pertambahan bobot badan
sapi pfh (peranakan fries holland) jantan yang diberi pakan serat kasar tinggi.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
0 komentar:
Posting Komentar